Komisi VII Tinjau Pabrik PT Mondelez International, Apresiasi Ekspor Oreo ke Pasar Dunia
Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, bersama tim saat Kunjungan Spesifik Komisi VII DPR ke pabrik PT Mondelez International di kawasan industri Jababeka VII, Kabupaten Bekasi, Jabar. Foto: Rizki/vel
PARLEMENTARIA, Bekasi - Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, mengapresiasi PT Mondelez International, produsen salah satu merek biskuit terkenal di dunia, Oreo, yang memiliki pabrik di Indonesia dan mampu mengekspor biskuit produksinya ke 39 negara di pasar dunia.
"Nah, kita tahu bahwa track record PT Mondelez ini sangat bagus, karena mereka tidak hanya memproduksi biskuit yang dipasarkan secara nasional, tetapi juga sudah mendunia," ungkap Saleh usai memimpin Tim Kunjungan Spesifik Komisi VII DPR ke pabrik PT Mondelez International di kawasan industri Jababeka VII, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/11/2024).
Selain prestasi ekspor, Komisi VII juga menyoroti keberhasilan perusahaan dalam menjaga, bahkan terus meningkatkan produksinya, di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang lalu.
"Tadi dalam diskusi dan evaluasi kinerja mereka, kami mengetahui bahwa perusahaan ini tetap on track. Bahkan di tengah goncangan pandemi COVID-19, mereka justru berhasil membangun pabrik baru, menambah kapasitas, dan seterusnya," tambahnya.
Saleh juga mengungkapkan harapannya terhadap industri produk makanan ringan lainnya di Indonesia. Ia menekankan pentingnya keberhasilan PT Mondelez International sebagai contoh bagi perusahaan lain untuk dapat menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.
"Harapan kami dari Komisi VII, pertama, apa yang dikerjakan oleh PT Mondelez ini bisa dicontohkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Kedua, kami berharap semakin banyak investor asing yang datang ke Indonesia untuk menanamkan modalnya," ungkapnya.
Legislator dari Fraksi PAN itu juga mengingatkan tantangan yang akan dihadapi Indonesia terkait bonus demografi. Menurutnya, bonus demografi tersebut jangan sampai hanya dimanfaatkan sebagai pasar konsumsi, tetapi juga sebagai tenaga kerja dalam industri yang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
"Sebab, tantangan kita ke depan adalah bonus demografi yang besar. Jangan sampai bonus demografi itu hanya digunakan sebagai pasar bagi negara lain. Sebaliknya, bonus demografi kita harus dimanfaatkan dengan baik, agar mereka bisa bekerja, dan hasil kerja mereka kita ekspor ke luar negeri. Ini tentu akan mendatangkan pendapatan dan kesejahteraan bagi negara kita," pungkasnya. (rr/aha)